Respon Petisi Beberapa Kampus, Warek UM Surabaya : Bagian Mimbar Akademik, Tapi Harus Tetap Sejuk dan Damai

Ali Humas 03 February 2024 (6:40)
IMG-20240203-WA0017

SURABAYA – Wakil Rektor Universits Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Mundakir memberi respon terkait petisi yang dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi seperti UGM dan UII. Mundakir menilai bahwa aksi tersebut merupakan bagian dari ekspresi akademik. Mundakir mengatakan kebebasan akademik, kebebasan berpendapat dan lain-lain sesungguhnya merupakan esensi kemanusiaan. Namun di tengah tahun politik seperti ini semuanya harus lebih berhati-hati karena bisa jadi hal tersebut disusupi kepentingan politik praktis.

“Kepedulian atas kondisi aktual masyarakat tentu menjadi tanggungjawab semua kampus. Tetapi tentu harus berhati-hati dan paham situasi. Ditengah kontestasi yang makin kencang. Aksi-aksi tersebut jelas dimanfaatkan dan berpotensi menguntungkan salah satu kontestan. Kalau sudah begitu. Tentu itu harus menjadi perhatian. Kampus harus tetap menjaga agar suasana tetap sejuk dan damai.” kata Mundakir Jumat (2/2/24)

Mundakir menambahkan kampus memang sudah selayaknya mengisi ruang publik dengan wacana-wacana kritis yang konstruktif. Kampus harus terus menjaga ruang keseimbangan di ranah publik.

“Di tahun politik seperti hari ini perguruan tinggi perlu terus menjaga keseimbangan antara memberikan ruang untuk berpendapat dan menjaga lingkungan belajar yang inklusif serta objektif,”imbuhnya.

Menurutnya di tengah tahun politik seperti ini, hal tersebut menjadi problematis karena sangat mungkin dimaknai politis karena menguntungkan salah satu calon.

Posisi perguruan tinggi harus bisa menjaga netralitas di tahun politik apalagi jelang pemilihan umum (Pemilu).

“Netralitas kampus dalam pemilu sangat penting, agar roh kampus sebagai tempat berseminya ilmu pengetahuan dan pembentukan ilmuwan berkarakter akan terus terjaga. Warga sivitas di kampus memiliki tanggung jawab dalam menjaga netralitas politik,”imbuhnya.

Mundakir menyatakan, seluruh warga sivitas di kampus harus memahami arti dan pentingnya netralitas dalam konteks Pemilu 2024. Karena, mereka harus menjadi contoh dalam menjaga netralitas, integritas, dan profesionalisme, serta mengedepankan kepentingan publik di atas segalanya.

“Langkah ini penting untuk memastikan Pemilu yang tinggal menghitung hari ini bisa berlangsung damai dan demokratis,” pungkasnya.

Related Posts

Antusias, Warga Ponorogo Manfaatkan Pemutihan Pajak Ranmor di Hari Bhayangkara ke-78 dan HUT Kemerdekaan RI ke-79

PONOROGO – Program Pemutihan 2024 dalam rangka rangka Hari Bhayangkara…

Drs. HM. Nur Sjahid, MA: Banyak Relawan dan Lembaga Penggalangan Dana Erupsi Semeru Tidak Membuat Laporan ke BAZNAS

LUMAJANG: Pihak BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) Kabupaten Lumajang, Jawa…

Cak Thoriq dan Ning Fika Targetkan Menang Pilkada

Lumajang: Pasangan calon bupati dan wakil bupati Lumajang, Thoriqul Haq…

Jaran Kencak Meriahkan Pendaftaran Cabub Cawabub Thoriqul Haq Lucita Izza Rafika di KPU

Lumajang: Hari ini, Kamis, 29/08/2024, adalah jadwal Pendaftaran Cabub Cawabub…

Indah-Adji Siap Menangkan Pilkada Mendatang

Lumajang: Pasangan calon bupati dan wakil bupati Lumajang, Indah Adji…

Tim Pemenangan Thoriqul Haq Lucita Izza Rafika Siap Menangkan Pilbub Mendatang

Lumajang: Menjelang pendaftaran calon bupati dan wakil bupati Lumajang, pasangan…

SURABAYA – Wakil Rektor Universits Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Mundakir memberi respon terkait petisi yang dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi seperti UGM dan UII. Mundakir menilai bahwa aksi tersebut merupakan bagian dari ekspresi akademik. Mundakir mengatakan kebebasan akademik, kebebasan berpendapat dan lain-lain sesungguhnya merupakan esensi kemanusiaan. Namun di tengah tahun politik seperti ini semuanya harus lebih berhati-hati karena bisa jadi hal tersebut disusupi kepentingan politik praktis.

“Kepedulian atas kondisi aktual masyarakat tentu menjadi tanggungjawab semua kampus. Tetapi tentu harus berhati-hati dan paham situasi. Ditengah kontestasi yang makin kencang. Aksi-aksi tersebut jelas dimanfaatkan dan berpotensi menguntungkan salah satu kontestan. Kalau sudah begitu. Tentu itu harus menjadi perhatian. Kampus harus tetap menjaga agar suasana tetap sejuk dan damai.” kata Mundakir Jumat (2/2/24)

Mundakir menambahkan kampus memang sudah selayaknya mengisi ruang publik dengan wacana-wacana kritis yang konstruktif. Kampus harus terus menjaga ruang keseimbangan di ranah publik.

“Di tahun politik seperti hari ini perguruan tinggi perlu terus menjaga keseimbangan antara memberikan ruang untuk berpendapat dan menjaga lingkungan belajar yang inklusif serta objektif,”imbuhnya.

Menurutnya di tengah tahun politik seperti ini, hal tersebut menjadi problematis karena sangat mungkin dimaknai politis karena menguntungkan salah satu calon.

Posisi perguruan tinggi harus bisa menjaga netralitas di tahun politik apalagi jelang pemilihan umum (Pemilu).

“Netralitas kampus dalam pemilu sangat penting, agar roh kampus sebagai tempat berseminya ilmu pengetahuan dan pembentukan ilmuwan berkarakter akan terus terjaga. Warga sivitas di kampus memiliki tanggung jawab dalam menjaga netralitas politik,”imbuhnya.

Mundakir menyatakan, seluruh warga sivitas di kampus harus memahami arti dan pentingnya netralitas dalam konteks Pemilu 2024. Karena, mereka harus menjadi contoh dalam menjaga netralitas, integritas, dan profesionalisme, serta mengedepankan kepentingan publik di atas segalanya.

“Langkah ini penting untuk memastikan Pemilu yang tinggal menghitung hari ini bisa berlangsung damai dan demokratis,” pungkasnya.

call center

HANKAM

WhatsApp Image 2023-01-14 at 11.58.14-min